Silent Treatment Adalah Jurus Terampuh Kalau Pasanganmu Cerewet dan Pemarah
Ya. Fenomena silent
treatment ini sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala. Bahasa sederhananya,
orang yang menghindar dari masalah dengan memilih diam. Cuma di jaman keemasan gen-z seperti sekarang, perilaku ini
sudah dikasih nama yang kece. Ya, macem-macem. Bukan sekadar istilah silent treatment. Ada juga istilah
kekinian lain seperti gaslighting, clingy, overthinking, dll.
Seburuk itukah
perilaku silent treatment, bang?
Banyak orang yang menilai perilaku ini buruk. Di beberapa case emang gak baik. Yah, yang namanya
permasalahan seharusnya dipecahkan, bukan didiemin. Btw, yang dipecahkan masalah
loh ya, bukan keper*wanan doi.
Tapi gini, deh. Gimana kalau kamu punya pasangan (entah itu
cewek atau cowok) yang cerewet dan mengomelnya itu keterlaluan. Kayaknya, opsi
perilaku ini tuh pas buat diterapkan gak sih? Ya, ngerti kalau sebagai pasangan tuh harus saling
menerima satu sama lain. Tapi, emang kamu tahan tinggal sama orang yang setiap
hari mengomel ? Kayaknya gak.
Ups, tapi yang namanya cinta itu buta. Terkadang ada aja pasangan
yang diomelin tiap hari. Kuat-kuat aja tuh doi bertahan. Mungkin, rahasianya
adalah silent treatment tadi.
Oke, gini deh. Kita
ilustrasikan.
Ini Bang Eds pengin bikin skenario, hal-hal apa saja yang
biasanya pasangan lakukan kalau lagi diomelin, yang akhirnya berujung
memunculkan silent treatment. Ini gak
bokis samsek, cuy. Karena efek sebab-akibat di bawah ini sudah berdasarkan
riset (pengalaman temen wkwk).
Jadi.. Ya..
Okeh, lanjut.
Skenario pertama.
Ketika kamu diomelin pasangan, entah itu karena masalah sepele atau serius,
pasti ada naluri untuk membela diri, kan? Nah, kata kunci membela diri ini yang
sebenarnya yang memperpanjang segalanya, kecuali yang dibalik celana. Semakin kamu membela diri, adu argumen semakin
sengit. Kalau ketemu solusinya gak apa-apa, kalau ujung-ujungnya jadi debat
kusir mah males banget. WALAU. Walau nih ya..Mungkin pembelaan kamu ada
benarnya. Emang mau menghabiskan energi seharian untuk berdebat sama pasangan
doang? Come on, cuy..
Skenario kedua. Saat
kamu pasangan kamu mengomel dengan
buasnya, kamu hanya diam sambil mendengarkan dan menjawab “ya..ya..ya…”. Karena
gak ada perlawanan, doi bakalan bosen sendiri. Ujungng-ujungnya ntar dia
melemah dan pol-polan kamu disuruh minta maaf doang. Lebih simpel dan
terkendali, kan?
Skenario ketiga. Saat
kamu diomelin pasanganmu via telfon
atau chat, diemin aja. Angkat dulu sekali atau dua kali, terus matikan jaringan
paket + mode pesawat. Kembali lagi besok pagi dengan memberikan greeting termanismu, seakan-akan tidak pernah
terjadi apa-apa. Inilah silent treatment
masa kini.
Ketiga ilustrasi sederhana di atas hanya sekeadar contoh.
Bukan bermaksud menggiring kamu melakukan hal demikian. Tapi, lihat perbedaan
pengambilan keputusan di ketiga skenario itu menghasilkan respons yang
berbeda-beda.
Kalau tadi di paragraf atas sempat bahas efek sebab-akibat,
ya itu benar. Ada sebab yang membuat perilaku silent treatment itu muncul. Biasanya karena pasangan terlalu
cerewet dan tempramen. Penyebab umumnya itu doang, sih. Padahal kalau memang
ada kesalahan, tinggal bilang baik-baik aja. Gak perlu pakai marah. Karena,
dampak dari silent treatment ini
lumayan mengakar. Contoh sederhana, ya sedikit demi sedikit ada penolakan dari
dalam diri untuk berkomunikasi. Bahkan, untuk memulai obrolan ringan aja sudah malas. Bahaya
banget, kan.
Jadi, ya..Mulailah bangun komunikasi yang baik saat berpasangan. Sekali lagi, tulisan ini gak menggiring sebuah keputusan dalam berpasangan, apalagi merujuk ke salah satu gender. Cowok atau cewek tetap punya potensi untuk jadi pihak yang “menyebabkan” terjadinya perilaku silent treatment.
Posting Komentar untuk "Silent Treatment Adalah Jurus Terampuh Kalau Pasanganmu Cerewet dan Pemarah"