Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Silent Treatment Adalah Jurus Terampuh Kalau Pasanganmu Cerewet dan Pemarah

Malam itu hujan sangat deras. Kamu dan pasanganmu sedang bertengkar hebat via valen. Eh salah, via handphone. Kalian berdua saling beradu argumen, merasa paling benar. Sampai pada waktunya, salah satu dari kalian ada yang mengalah. Akhirnya diem-dieman. Eh, kirain cuman diem sehari karena ngalah. Ternyata didiemin semingguan. Walah.. This is called silent treatment, cuy. Ada yang pernah mengalami?


Silent Treatment Adalah Jurus Terampuh Kalau Pasanganmu Cerewet dan Pemarah


Ya. Fenomena silent treatment ini sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala. Bahasa sederhananya, orang yang menghindar dari masalah dengan memilih diam. Cuma di jaman keemasan gen-z seperti sekarang, perilaku ini sudah dikasih nama yang kece. Ya, macem-macem. Bukan sekadar istilah silent treatment. Ada juga istilah kekinian lain seperti gaslighting, clingy, overthinking, dll.

Seburuk itukah perilaku silent treatment, bang?

Banyak orang yang menilai perilaku ini buruk. Di beberapa case emang gak baik. Yah, yang namanya permasalahan seharusnya dipecahkan, bukan didiemin. Btw, yang dipecahkan masalah loh ya, bukan keper*wanan doi.

Tapi gini, deh. Gimana kalau kamu punya pasangan (entah itu cewek atau cowok) yang cerewet dan mengomelnya itu keterlaluan. Kayaknya, opsi perilaku ini tuh pas buat diterapkan gak sih?  Ya, ngerti kalau sebagai pasangan tuh harus saling menerima satu sama lain. Tapi, emang kamu tahan tinggal sama orang yang setiap hari mengomel ? Kayaknya gak.

Ups, tapi yang namanya cinta itu buta. Terkadang ada aja pasangan yang diomelin tiap hari. Kuat-kuat aja tuh doi bertahan. Mungkin, rahasianya adalah silent treatment tadi.

Oke, gini deh. Kita ilustrasikan.

Ini Bang Eds pengin bikin skenario, hal-hal apa saja yang biasanya pasangan lakukan kalau lagi diomelin, yang akhirnya berujung memunculkan silent treatment. Ini gak bokis samsek, cuy. Karena efek sebab-akibat di bawah ini sudah berdasarkan riset (pengalaman temen wkwk). Jadi.. Ya..

Okeh, lanjut.

Skenario pertama. Ketika kamu diomelin pasangan, entah itu karena masalah sepele atau serius, pasti ada naluri untuk membela diri, kan? Nah, kata kunci membela diri ini yang sebenarnya yang memperpanjang segalanya, kecuali yang dibalik celana.  Semakin kamu membela diri, adu argumen semakin sengit. Kalau ketemu solusinya gak apa-apa, kalau ujung-ujungnya jadi debat kusir mah males banget. WALAU. Walau nih ya..Mungkin pembelaan kamu ada benarnya. Emang mau menghabiskan energi seharian untuk berdebat sama pasangan doang? Come on, cuy..

Skenario kedua. Saat kamu pasangan kamu mengomel dengan buasnya, kamu hanya diam sambil mendengarkan dan menjawab “ya..ya..ya…”. Karena gak ada perlawanan, doi bakalan bosen sendiri. Ujungng-ujungnya ntar dia melemah dan pol-polan kamu disuruh minta maaf doang. Lebih simpel dan terkendali, kan?

Skenario ketiga. Saat kamu diomelin pasanganmu via telfon atau chat, diemin aja. Angkat dulu sekali atau dua kali, terus matikan jaringan paket + mode pesawat. Kembali lagi besok pagi dengan memberikan greeting termanismu, seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Inilah silent treatment masa kini.

Ketiga ilustrasi sederhana di atas hanya sekeadar contoh. Bukan bermaksud menggiring kamu melakukan hal demikian. Tapi, lihat perbedaan pengambilan keputusan di ketiga skenario itu menghasilkan respons yang berbeda-beda.

Kalau tadi di paragraf atas sempat bahas efek sebab-akibat, ya itu benar. Ada sebab yang membuat perilaku silent treatment itu muncul. Biasanya karena pasangan terlalu cerewet dan tempramen. Penyebab umumnya itu doang, sih. Padahal kalau memang ada kesalahan, tinggal bilang baik-baik aja. Gak perlu pakai marah. Karena, dampak dari silent treatment ini lumayan mengakar. Contoh sederhana, ya sedikit demi sedikit ada penolakan dari dalam diri untuk berkomunikasi. Bahkan, untuk memulai obrolan ringan aja sudah malas. Bahaya banget, kan.

Jadi, ya..Mulailah bangun komunikasi yang baik saat berpasangan. Sekali lagi, tulisan ini gak menggiring sebuah keputusan dalam berpasangan, apalagi merujuk ke salah satu gender. Cowok atau cewek tetap punya potensi untuk jadi pihak yang “menyebabkan” terjadinya perilaku silent treatment. 

Posting Komentar untuk "Silent Treatment Adalah Jurus Terampuh Kalau Pasanganmu Cerewet dan Pemarah"